selamat pagi sahabat sahabat sang governor
kali ini sang governor berbagi informasi sedikit tentang apa iti evapotranspirasi?? nah apa perbedaannya evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi standar??
mari kita kupas dengan pisau dapur.....
cekidottt........
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan mahluk-mahluk hidup (International glossary of Hidrologi, 1974). Karena perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi dasar dari pengelolaan sumber daya air rumah tangga yang merupakan pengembangan, agihan dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya air secara terencana. Banyak
proyek di dunia (rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir, drainase,
tenaga air dan lain-lain) dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan survey kondisi-kondisi hidrologi yang cukup.
Air
diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat
terlarut lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses
fotosintesis, darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan
menjadi dewasa. Sebagian besar air digunakan dalam proses transpirasi.
Apabila air hilang ke dalam atmosfer melalui transpirasi melebihi dari
air yang diserap tanaman dari tanah, maka air akan hilang dari sel-sel
tanaman sehingga sel tanaman kehilangan tegangan turgor dan akhirnya
tanaman menjadi layu.setiap gejala kelayuan pada tanaman dapat dijadikan
petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan terhenti. Pertumbuhan akan
tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan sel - sel baru terbentuk.
Pada
saat air hujan jatuh ke bumi,sebagian air jatuh langsung ke permukaan
bumi dan ada juga yang terhambat oleh vegetasi (Intersepsi). Intersepsi
memiliki 3 macam, yaitu interception loss, through fall, dan stem flow. Interception loss adalah air yang jatuh ke vegetasi tetapi belum sampai mencapi tanah sudah menguap. Through fall adalah air hujan yang tidak langsung jatuh ke bumi, tetapi terhambat oleh dedaunan terlebih dahulu. Stem flow
adalah air hujan yang jatuh ke vegetasi dan mengalir melalui batang
vegetasi tersebut. Air hujan yang terhambat vegetasi sebagian ada yang
menguap lagi atau mengalami evaporasi ada juga yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah (through fall). Air hasil through fall
ini mengalir di permukaan dan berkumpul di suatu tempat menjadi suatu
run off seperti sungai, danau, dan bendungan apabila kapasitas lengas
tanah sudah maksimal yaitu tidak dapat menyerap air lagi. Dalam lengas
tanah, ada zona aerasi yaitu zona transisi dimana air didistribusikan ke
bawah (infiltrasi) atau keatas (air kapiler). Semakin besar infiltrasi,
tanah akan semakin lembab dan setiap tanah memiliki perbedaan kapasitas
penyimpanan dan pori-pori tanah yang berbeda-beda. Vegetasi mengalami
fotosintesis pada saat siang hari dan mengalami transpirasi. Peristiwa
berkumpulnya uap air di udara dari hasil evaporasi dan transpirasi
disebut evapotranspirasi. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi
atmosfer di muka bumi. Evaporasi membutuhan perbedaan tekanan di udara.
Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan atmosfer memindahkan air dari
permukaan ke udara, dengan asumsi tidak ada batasan kapasitas.
Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal).
Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai,
lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Pengukuran
evaporasi dilakukan dengan mengukur hilangnya air dari suatu sistem secara langsung, yang dinyatakan dalam volume atau jeluk (depth). Sumber energy dalam proses evaporasi berasal dari Radiasi surya, panas (heat) yang dibawa oleh angin ke suatu wilayah, panas yang tersimpan dalam massa tanah atau lahan, panas yang tersimpan dalam air.
Evapotranspirasi adalah gabungan peristiwa penguapan dari tumbuh – tumbuhan dan air permukaan. Dengan
adanya evapotraspirasi, kita dapat mengetahui kebutuhan air tanaman dan
curah hujan pada suatu daerah tertentu. Kebutuhan air tanaman dapat
berubah setiap waktu sesuai dengan jumlah air di permukaan dan curah
hujan pada hari tersebut. Evapotranspirasi dikontrol oleh kondisi atmosfer di muka bumi. Evaporasi
membutuhkan perbedaan tekanan di udara karena jika keadaan udara tetap
maka evaporasi tidak terjadi. Potensi evapotranspirasi adalah kemampuan
atmosfer memindahkan air dari permukaan ke udara, dengan asumsi tidak
ada batasan kapasitas namun hal tersebut tidak akan terjadi apabila
tekanan udara di atmosfir tetap. Peranan
Evaporasi dan Transpirasi dalam siklus hidrologi: menjadi mekanisme
utama yang menggerakkan siklus air diantara atmosfir, daratan dan
lautan, jadi apabila tidak ada proses evapotranspirasi, maka siklus air
tidak ada. Dalam tanaman dan tanah: ketersediaan air adalah faktor yang membatasi produktivitas tanaman. Dalam manajemen irigasi: kemampuan untuk menduga evapotranspirasi merupakan faktor utama menentukan penjadualan irigasi.
Evapotranspirasi
(ET) adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanam
melalui evaporasi dan transpirasi. Ada beberapa jenis evaporasi yaitu
evaporasi potensial (ETp), evaporasi standar (ETo), evaporasi tanaman
(Etc), evaporasi aktual (ETa). Nilai evapotranspirasi dapat dicari
dengan beberapa metode yaitu Thornthwaite, Blainey-Criddle, Penman,
Penman-Monteith. Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam
kajian-kajian hidrometeorologi. Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan
bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut
evaporasi (penguapan). Peristiwa pengauapan dari tanaman disebut
transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut evapotranspirasi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual dan evapotranspirasi standar?
C. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual dan evapotranspirasi standar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hidrologi
Hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari siklus air di alam raya. Siklus
hidrologi atau siklus air meliputi kejadian-kejadian air menguap ke
udara, kemudian mengembun dan menjadi hujan atau salju, masuk ke dalam
tanah atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu berkumpul di danau
atau laut, menguap lagi dan seterusnya (Asdak,1995). Air mempunyai
fungsi penting dalam tanah, dimana air penting dalam pelapukan mineral
dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara laut bagi pertumbuhan
tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar hara
tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang
tercuci dan hilang dari perakaran atau bila tinggi evaporasinya,
garam-garam terlarut mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan
kadang-kadang tertimbun dalam jumlah yang banyak sehingga dapat merusak
tanaman (Hardjowigeno,1987).
Tanah mempunyai peranan penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Besarnya
jumlah aliran permukaan dan jumlah air yang dapat masuk ke dalam tanah
akan menentukan jumlah air yang bermanfaat bagi manusia ataupun
menentukan fluktuasi debit air di sungai yang terdapat pada suatu daerah
penampungan (Pairunan A, dkk. 1997).
Air
yang masuk ke dalam tanah sebahagian dimanfaatkan tanaman untuk
membentuk bahan organik dalam proses fotosintesa, sebagian diluapkan
melalui proses transpirasi. Air
yang masuk dalam tanah dapat tertahan dalam tanah sebelum diserap oleh
tanaman, atau bergerak ke atas melalui pipa kapiler kemudian menguap
dari permukaan tanah, dapat juga terus bergerak sebagai air perkolasi
yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Pairunan A, dkk. 1985).
Pergerakan
air di bumi yang merupakan suatu sistem yang tertutup, yang berarti
pergerakan air pada sistem tersebut selalu tetap berada pada sistemnya.
Energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan
terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut
dan badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan
terbawa oleh angina melintasi daratan yang bergunung maupun pada daerah
datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air
tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan (Hakim, 1986 ).
Air
diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat
terlarut lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses
fotosintesis, darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan
menjadi dewasa. Sebagian besar air digunakan dalam proses transpirasi.
Apabila air hilang ke dalam atmosfer melalui transpirasi melebihi dari
air yang diserap tanaman dari tanah, maka air akan hilang dari sel-sel
tanaman sehingga sel tanaman kehilangan tegangan turgor dan akhirnya
tanaman menjadi layu.setiap gejala kelayuan pada tanaman dapat dijadikan
petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan terhenti. Pertumbuhan akan
tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan sel-sel baru terbentuk
(Asdak, 1995).
Penguapan
air dapat dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan
eksternal. Penguapan eksternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi)
dan terjadi pada tanaman (transpirasi), sedangkan penguapan internal
terjadi dalam pori-pori tanah (Hakim dkk, 1986).
B. Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan vegetasi lainnnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Proses-proses
fisika yang menyertai berlangsungnya perubahan bentuk dari cair menjadi
gas berlaku pada kedua proses evaporasi tersebut diatas. Oleh karenanya, kondisi fisika yang mempengaruhi laju evaporasi umum terjadi pada kedua proses alamiah tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain cahaya matahari, suhu udara, dan kapasitas kadar air dalam udara. Proses evaporasi yang disebutkan diatas tergantung pada jumlah air yang tersedia (Asdak, 1995).
Penguapan
air dapat dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan
eksternal. Penguapan eksternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi)
dan terjadi pada tanaman (transpirasi), sedangkan penguapan internal
terjadi dalam pori-pori tanah (Hakim dkk, 1986).
Air
yang masuk ke dalam tanah sebagian dimanfaatkan tanaman untuk membentuk
bahan organik dalam proses fotosintesis, sebagian diuapkan melalui
proses transpirasi. Air yang masuk dalam tanah dapat tertahan dalam
tanah sebelum diserap oleh tanaman, atau bergerak ke atas melalui pipa
kapiler kemudian menguap (Pairunan A.K dkk, 1997).
Karena
transpirasi adalah proses evaporasi air dari permukaan tumbuhan, maka
faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evaporasi secara umum juga
berpengaruh terhadap transpirasi. Kenyataan di lapangan kedua proses,
evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan sulit
dipisahkan, sehingga keduanya disebut evaporatranspirasi (Hakim dkk,
1986)
C. Transpirasi
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya di balut lapisan mati yang disebut kulit air (cuticle) yang kedap uap air. Sel-sel hidup daun dan cabang terletak di bawah permukaan tanaman, dibelakang pori-pori daun dan cabang. Besar
kecilnya laju transpirasi secara tidak langsung ditentukan oleh radiasi
matahari melalui membuka dan menutupnya pori-pori tersebut (Asdak,
1995).
Transpirasi adalah suatu proses ketika air diuapkan ke uadara dari permukaan daun atau tajuk vegetasi. Oleh
karenanya, faktor-faktor yang mengendalikan besar kecilnya transpirasi
suatu vegetasi adalah sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya evaporasi, yaitu radiasi panas matahari, suhu, kecepatan
angina, dan gradient tekanan udara. Dalam
hal ini, besarnya transpirasi, dalam batas tertentu, juga dipengaruhi
oleh karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur tajuk,
perilaku pori-poeri daun, dan lain-lain (Seyhan, 1990).
Selain
harus memperhatikan jumlah air yang tersedia dan kemampuan atmosfer
untuk menyerap dan mengangkut uap air, masih harus mempertimbangkan
mekanisme transpirasi vegetasi. Beberapa teknik pengukuran transpirasi
telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman dalam plot-plot percobaan. Teknik tersebut antara lain; (1). Plot pengukuran dengan menggunakan alat lysimeter, (2). Pengukuran
berkurangnya kelembaban tanah dalam plot percobaan, (3). Pemangkasan
cabang-cabang tanaman dan menimbangnya untuk mengukur besarnya laju
kehilangan air, dan (4). Menganalisis dengan menggunakan neraca air,
(Asdak, 1995).
D. Evapotranspirasi
Penguapan
air dapat dibedakan ke dalam penguapan internal dan penguapan
eksternal. Penguapan eksternal terjadi pada permukaan tanah (evaporasi)
dan terjadi pada tanaman (transpirasi), sedangkan penguapan internal
terjadi dalam pori-pori tanah (Hakim dkk, 1986).
Air
yang mempunyai permukaan secara langsung berinfiltrasi kedalam tanah
atau melintas diatas pemukaan tanah. Sebagian darinya, secara langsung
atau setelah penyimpanan permukaan. Hilangnya dalam bentuk evaporasi
yaitu proses dimana air menjadi uap, dan transpirasi yaitu proses dimana
air menjadi uap melalui metabolisme tanaman (Asdak, 1995).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengaruh
langsung evaporasi dan evaportranspirasi dari air ataupun permukaan
lahan yang benar adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan
tetapi, jika keragaman waktu evaporasi permukaan maka air bebas
berbanding langsungdengan radiasi bersih, kita dapat mengharapkan
nilai-nilai maksimum pada siang hari (Seyhan, 1990).
Evaportranspirasi
akan berlangsung hanya bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata
tanaman dan permukaan tanah, lebih dekat pada fase dengan radiasi
matahari karena hanya sedikit panas disimpan oleh tanaman dan juga
karena stomata menutup pada malam hari. Evaportranspirasi ini
biasanya
dipengaruhi oleh faktor meteorologi, geografi dan lainnya seperti
kandungan lengas tanah, karakteristik kapiler tanah, jeluk muka air
tanah dan sebagainya (Seyhan, 1990).
Penguapan
yang terjadi dipermukaan sangat tergantung dari ketersediaan kelembaban
di lapisan bawahnya. Oleh sebab itu, dalam beberapa model di cari
ketergantungan antara laju penguapan (evapotranspirasi) dan kelembaban tanah di lapisan bawahnya. Evapotranspirasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evapotranspirasi potensial (PE ) dan evatranspirasi aktual (AET). Evapotranspirasi
potensial dipengaruhi oleh factor-faktor meteorology dan
evapotranspirasi aktual lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman
dan unsur tanah ( Hakim, 1986 ).
BAB III
PEMBAHASAN
Evapotranspirasi
(ET) adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanam
melalui evaporasi dan transpirasi. Ada beberapa jenis evaporasi yaitu
evaporasi potensial (ETp), evaporasi standar (ETo), evaporasi tanaman
(Etc), evaporasi aktual (ETa).
A. Evapotranspirasi Potensial
Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan.
Beberapa rumus empiris untuk menghitung evapotranspirasi potensial adalah rumus empiris dari: Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman dan Turc- Langbein-Wundt. Dari rumus-rumus empiris di atas, Metoda Mock menggunakan rumus empiris dari Penman. Rumus empiris Penman memperhitungkan banyak data klimatologi yaitu temperatur, radiasi matahari, kelembaban, dan kecepatan angin sehingga hasilnya relatif lebih akurat. Perhitungan evaporasi potensial Penman didasarkan pada keadaan bahwa agar terjadi evaporasi diperlukan panas. Menurut Penman besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai berikut:
dengan:
H = energy budget,
= R (1-r) (0,18 + 0,55 S) - B (0,56 – 0,092 d e ) (0,10 + 0,9 S)
D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi,
= 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w)
A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/oF.
B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari.
ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperature rata-rata (mmHg).
R = radiasi matahari, dalam mm/hari.
r = koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara radiasi elektromagnetik (dalam sembarang
rentang nilai panjang gelombang yang ditentukan) yang dipantulkan oleh
suatu benda dengan jumlah radiasi yang terjadi, dan dinyatakan dalam
persentasi.
S = rata-rata persentasi penyinaran matahari bulanan, dalam persen (%).
ed = tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure ), dalam mmHg.
= ea x h.
h = kelembaban relatif rata-rata bulanan, dalam persen (%).
k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating surface).
Untuk permukaan air nilai k = 0,50 dan untuk permukaan vegetasi
nilai k = 1,0.
w = kecepatan angin rata-rata bulanan, dalam mile/hari.
Substitusi persamaan-persamaan di atas menghasilkan:
maka:
E = F1 x R(1 - r) - F2 x (0,1 + 0,9S) + F3 x (k + 0,01w)
dan jika:
E1 = F1 x R(1 - r)
E2 = F2 x (0,1 + 0,9S)
E3 = F3 x (k + 0,01w)
maka bentuk yang sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial
menurut Penman adalah:
E = E1 - E2 + E3
Formulasi
inilah yang dipakai dalam Metoda Mock untuk menghitung besarnya
evapotranspirasi potensial dari data-data klimatologi yang lengkap
(temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan
angin). Besarnya evapotranspirasi potensial ini dinyatakan dalam
mm/hari. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dalam 1
bulan maka kalikan dengan jumlah hari dalam bulan itu. Besarnya A, B dan
ea tergantung pada temperatur rata-rata. Hubungan temperatur rata-rata
dengan parameter evapotranspirasi ini ditabelkan pada Tabel 1.5.
Besarnya
radiasi matahari tergantung letak lintang. Besarnya radiasi matahari
ini berubah-ubah menurut bulan, seperti Tabel 1.6 pada halaman berikut
ini. Koefisien refleksi sangat berpengaruh pada evapotranspirasi.
B. Evapotranspirasi Aktual
Jika
dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan
oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam
evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas.
Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada
kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi
oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau
(exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk
tiap daerah berbedabeda. F.J. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga
daerah dengan masingmasing nilai exposed surface ditampilkan pada Tabel
1.8.
Tabel 1. 8 Exposed Surface, m
Selain exposed surface
evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi oleh jumlah hari hujan (n)
dalam bulan yang bersangkutan. Menurut Mock rasio antara selisih
evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual dengan
evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh exposed surface (m) dan jumlah hari hujan (n), seperti ditunjukan dalam formulasi sebagai berikut. (18 n)
Dari
formulasi diatas dapat dianalisis bahwa evapotranspirasi potensial akan
sama dengan evapotranspirasi aktual (atau ΔE = 0) jika:
a.
Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau hutan sekunder. Dimana
daerah ini memiliki harga exposed surface (m) sama dengan nol (0).
b. Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati pada daerah itu sama dengan 18 hari.
Jadi
evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial yang
memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan
yang bersangkutan. Sehingga evapotranspirasi aktual adalah
evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration ,
dihitung sebagai berikut:
Eaktual = EP – ΔE
C. Hubungan Antar Jenis – Jenis Evapotranspirasi
Evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat berkaitan dengan produksi tanaman. Pengamatan
evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai peringatan dini
terhadap kekurangan air. Defisit evapotranspirasi merupakan selisih
antara evapotrans-pirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual.
Evapotranspirasi potensial terjadi pada kondisi air tersedia maksimum
atau kapasitas lapang, evapotrans-pirasi aktual terjadi pada kondisi air
tersedia dibawah kapasitas lapang. Jika kekurangan air dapat diatasi sedini mungkin maka penurunan produksi dapat dihindari.
Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman. Metabolisme
tanaman berlang-sung jika evapotranspirasi terjadi. Evapotranspirasi
adalah proses gerakan air dari sistem tanah ke tanaman kemudian ke
atmosfir (transpirasi) dan gerakan air dari sistem tanah ke permukaan
tanah kemudian ke atmosfir (evaporasi). Secara umum evapotranspirasi
aktual (E) dapat dirumuskan sbb :
E = k . [ y tanah - y atmosfir]/R
dimana k, konstanta, y tanah, potensial air tanah, y atmosfir, potensial air di atmosfir, R, resultan tahanan tanaman dan permukaan tanah (Nye dan Tinker, 1977). Tahanan permukaan tanah dipengaruhi oleh penutupan tanah misalnya mulsa. Penutupan tanah dapat mening-katkan tahanan permukaan tanah, sehingga menurunkan evaporasi.
Penelitian tentang evapotranspirasi, status air dalam sistem tanah, tanaman dan atmosfir sudah banyak dilakukan. Indeks
Potensial Air (Karamanos dan Papatheohari, 1999) mengetahui kekurangan
air berdasarkan pada kelembaban tanah. Evapotranspirasi potensial
terjadi pada potensial air tanah maksimal sehingga beda potensial antara
tanah dan atmosfir hanya dipengaruhi oleh potensial air atmosfir. Peubah-peubah
dari sistem atmosfir digunakan untuk menduga evapotranspirasi potensial
(Doorenbos dan Pruitt, 1977). Model FAO-56 (Allen, 2000) menggunakan
peubah dari sistem atmosfir, tanah dan tanaman secara terpisah-pisah
untuk menduga besarnya evapotranspirasi.
Pada kondisi defisit air, penurunan produksi berbanding lurus dengan penurunan evapotranspirasi. Secara umum hubungan penurunan produksi dengan penurunan evapotranspirasi adalah :
{ 1 - (Ym/Ya)} = Ky { 1 - (Ea/Em)}
dimana
Ym, Ya, Em, Ea dan Ky masing-masing adalah produksi maksimum, produksi
aktual, evapotranspirasi maksimum, evapotranspirasi aktual dan faktor
respon tanaman. Produksi maksimum merupakan produksi tanaman pada kondisi lingkungan yang optimum. Evapotranspirasi maksimum terjadi pada ketersediaan air optimum. Produksi aktual dan evapotranspirasi aktual terjadi pada kondisi defisit air (Doorenbos dan Kassam, 1979).
1. Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi
potensial adalah yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia
berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial
adalah tersedianya air yang cukup banyak.
2. Evapotranspirasi Aktual
Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda – beda.
3. Evaporasi standar (ETo)
ETO
adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat diperoleh dari
lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang ditanam pada
lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm.
4. Evapotranspirasi tanaman (ETc)
ETC pada
kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan tanaman sehat
berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam pada kondisi air
tanah optimum dan mencapai produksi penuh di bawah keadaan suatu iklm
tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan
tanaman.
D. Faktor-faktor Penentu Evapotranspirasi
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya
evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi
evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET
lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih
dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Uraian
tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih
ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut pada PET.
Faktor-faktor
yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari dan suhu,
kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan
meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan
angin bertambah besar.
Pengaruh
radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses fotosíntesis.
Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem
akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke
atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari
terhadap vegetasi yang bersangkutan.
Pengaruh
suhu terhadap PET dapat dikatakan secara langsung berkaitan dengan
intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Namun demikian perlu
dikemukakan bahwa suhu yang akan mempengaruhi PET adalah suhu daun dan
bukan suhu udara disekitar daun.
Pengaruh
angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang
keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin
besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi. Dibandingkan dengan
pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju ET adalah
lebih kecil.
Terbukanya
stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk berlangsungnya
ET. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi, demikian
seterusnya sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini
tampak bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap ET adalah dominan.
Namur demikian proses terbuka dan tertutupnya stomata ditentukan oleh
faktor iklim terutama lama waktu penyinaran (suhu udara). Suhu udara
dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya stomata. Sementara
kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu stomata
tersebut terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses ET terjadi terutama
pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam hari.
Kelembaban
tanah juga mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya
evapotranspirasi. Evapotranspirasi berlangsung ketika vegetasi yang
bersangkutan sedang tidak kekurangan suplai air. Dengan kata lain
evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah
berkisar antara titik wilting point dan field capacity.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Defisit evapotranspirasi merupakan selisih antara evapotrans-pirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual.
2. Jika
dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan
oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam
evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbata
3. Evapotranspirasi
potensial terjadi pada kondisi air tersedia maksimum atau kapasitas
lapang, evapotrans-pirasi aktual terjadi pada kondisi air tersedia
dibawah kapasitas lapang.
4. Faktor-faktor
yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari dan suhu,
kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan
meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan
angin bertambah besar.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Harjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Persindo.
Junaidi, Wawan. 2010. Faktor – Faktor Penentu Evapotranspirasi. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/05/faktor-faktor-penentu-evapotranspirasi.html. Diakses tanggal 4 Desember 2011.
Karamanos A.J., A.Y. Papatheohari. 1999. Assesment of Drought Resistance of Crop Genotypes by Means of water potensial index. Crop Sci. 39:1792-1797.
Nye, P.H., P.B. Tinker. 1977. Solute Movement in The Soil-Root System. Interlino Printing Co. Inc. Philippines.
Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT INTIM.
Umakaapa, Anna. 2010. Praktikum Hidrologi Lingkungan. http://annaveanza.blogspot.com/2010/07/praktikum-hidrologi-lingkungan-teknik.html. Diakses tanggal 4 Desember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar