budidaya kelapa Sang Governor |
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut perkiraan beberapa ahli, kepulauan di Indonesia merupakan daerah asal kelapa. Tanaman ini telah lama dikenal dan dibudidayakan di seluruh kepulauan Indonesia. Kelapa di Indonesia dapat digolongkan sebagai komoditas strategi karena sekitar 98 persen dari lebih kurang 3,4 juta hektar kelapa diusahakan oleh petani. Disamping itu, banyak kebutuhan hidup penduduknya yang dipenuhi dari kelapa.
Pemeliharaan tanaman kelapa bertujuan untuk mengkondisikan tanaman agar sehat memiliki pertumbuhan yang normal dan mencapai tingkat prokduktivitas yang normal. Fase pemeliharaan tanaman tahunan digolongkan menjadi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pada fase TBM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pertumbuhan tanaman yang normal serta secepat mungkin memasuki fase TM. Pada fase TM, pemeliharaan kelapa diarahkan bagi pencapaian proktivitas yang optimal sesuai dengan potensi produksinya dan diusahakan agar memiliki umur ekonomi yang panjang. Kegiatan pemeliharaan tidak hanya dilakukan pada tanaman pokok kelapa melainkan juga pada sekitar tanaman kelapa atau gawangan.
Kegiatan pemeliharaan kelapa meliputi: pengendalian gulma, sanitasi tanaman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pengendalian gulma meliputi : pembentukan dan pemeliharaan bokoran atau kondisi W0 dan pemeliharaan gawangan atau kondisi W1 atau W2. Kegiatan sanitasi meliputi pembersihan kelapa dari pelepah tua dan tandan buah kering, serta mengumpulkan sisa-sisa tanaman dan sampah organic pada gawangan mati. Kegiatan pemupukan harus memperhatikan jenis pupuk, dosis pupuk, waktu memupuk, tempat, dan cara memupuk.
Tujuan
Kegiatan praktikum bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Melakukan pemeliharaan tanaman meliputi: sanitasi tanaman, pengendalian gulma bokoran dan gawangan serta pemupukan.
2. Menentukan kebutuhan tenaga kerja dan waktu untuk pemeliharaan kelapa.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini (id.wikipedia.org).
Kelapa termasuk kedalam golongan Palmae sama dengan tanaman kelapa sawit, kurma, dan nipah. Secara sistematis klasifikasi tanaman kelapa sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angisospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Spadiciflorae
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Pemeliharaan pada TM hampir sama dengan TBM, yaitu kegiatan penyiangan gulma dan pemupukan (dinulislami.blogspot.com, 2011). Menurut Sutarta et al. (2003), pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Menurut Adiwiganda dan Siahaan (1994), pemupukan kelapa bertujuan menambah unsur-unsur hara yang kurang dipasok tanah, yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif yang normal dan produksi buah yang optimal. Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemupukan pada TBM bertujuan untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada TM bertujuan untuk memproduksi buah yang optimal.
Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal dan umur tanaman. Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30-40 cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah daun. ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktu yang berdekatan. Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu. (http://sawitkalbar.blogspot.com, 2008).
Rekomendasi pemupukan yang diberikan oleh lembaga penelitian selalu mengacu pada konsep 4T yaitu: tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu pemupukan. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat dan aplikasi serta pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan (Poeloengan et al., 2003).
Pengendalian gulma merupakan aspek yang penting dalam pemeliharaan TM kelapa. Pengendalian gulma bertujuan mengurangi terjadinya kompetensi terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan pemeliharaan dan mencegah berkembangnya hama penyakit tertentu. Menurut Muzik dalam Amarilis (2009) gulma dapat menyebabkan kehilangan hasil panen yang besar dari pada kehilangan hasil panen yang disebabkan oleh serangga maupun penyakit tanaman. Menurut Setyamidjaja (2006) jenis – jenis gulma yang tumbuh pada perkebunan kelapa banyak macamnya. Secara garis besar jenis gulma yang dijumpai di perkebunan kelapa dapat digolongkan menjadi dua yaitu gulma berbahaya dan gulma lunak.
Pada kebun kelapa TM gulma yang serung dijumpai adalah golongan rumputan (Imperata cylindrical L., Paspalum conjugatum Borg.), golongan berdaun lebar (Mikania micrantha H.B.K., Eupatorium odorata, Melastoma malabatricum, Mimosa sp Linn.), golongan pakis-pakisan (Nephrosia brassiliensis), dan golongan teki (Cyperus rotundus). Tanaman kelapa sangat sensitif terhadap persaingan dengan gulma terutama sampai umur 3-4 tahun. Persaingan dengan gulma dalam penyerapan air, unsur hara, cahaya dan ruang, serta adanya zat penghambat pertumbuhan yang dikeluarkan beberapa jenis gulma, menyebabkan pertumbuhan kelapa terhambat, menurunkan produksi, bahkan dapat menggagalkan pertanaman (Salman dan Wibowo, 1992).
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti manual, mekanis, kimia dan kultur teknis. Cara pengendalian gulma secara mekanis meliputi : (1) clean weeding, pengendalian gulma secara keseluruhan pada areal pertanaman; (2) selecting weeding, pengendalian gulma pada sekitar tanaman saja (membuat piringan); (3) piringan digaruk dengan cangkul, rumput-rumputan dibuang kelur piringanstripe weeding, pengendalian gulma secara berjalur (Suhardiono, 1993).
Menurut Tjitrosidirjo dalam Setyamidjaja (2006) pengendalian gulma pada perkebunan kelapa yang dilaksanakan secara terpadu, yaitu mengkombinasikan cara manual, kimia dan hayati dapat membawa hasil yang baik.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan :
1. Tanaman kelapa ( 3 tanaman per kelompok)
2. Pupuk : urea, SP 18, dan KCL
Alat :
1. Ember (1 buah)
2. Cangkul (2 buah)
3. Parang (2 buah)
Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pemeliharaan dan pemupukan tanaman kelapa. pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan gulma pada bokoran tanaman kelapa dengan radius 2 m. Pada pembersihan gulma ini menggunakan kriteria babat merah. Setelah itu, dilakukan peupukan dengan cara alur melingkar. Urea dialur dengan radius 0,5 m dari tanaman pokok, sedangkan KCL dan SP-18 dialur dengan radius 1 m dari tanaman pokok. Kemudian tutup dengan tanah agar tidak terjadi penguapan.
PEMBAHASAN
Hasil
Hasil kerja yang dilakukan oleh kelompok B1 untuk pemupukan 3 tanaman menghasilkan (TM) kelapa adalah selama 31 menit atau 0.52 jam. Perhitungan HOK : (catatan 1 HOK = 1 orang dengan 7 jam kerja) = 0.52 jam x 5 orang x (1 HOK / 7 jam) = 0.36 HOK. Populasi kelapa dalam 1 hektar sekitar 138 tanaman. Perhitungan HOK untuk luasan 1 hektar tanaman kelapa adalah (138 / 3) x 0.36 HOK = 16.56 HOK.
Pembahasan
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pemeliharaan terhadap kelapa. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan sanitasi tanaman, pengendalian gulma dan pemupukan pada 3 tanaman kelapa. Dalam sanitasi tanaman dan pengendalian gulma, kelapa dibersihkan dari gulma ataupun pelepah kering yang jatuh ke tanah. Pengendalian gulma dilakukan dengan membuat jari-jari 2 meter dari pokok tanaman. Membersihkan gulma dalam bokoran dilakukan dengan kondisi W0, yaitu daerah perkebunan dimana tidak diperbolehkan ada tanaman lain selain tanaman pokok. Sedangkan pada gawangan, digunakan sistem “dibabat dempes” dengan ketinggian 20-30 cm atau “anak kayu” didongkel dengan kondisi W1 atau W2. W1 merupakan daerah perkebunan dimana pada areal tersebut selain tanaman pokok terdapat pula tanaman LCC (Legum Cover Crop) salah satunya Mucuna. Pada W2, areal yang boleh tumbuh adalah gulma lunak (Softweed) yang daya kompetisinya rendah sehingga tidak mengganggu tanaman pokok.
Setelah dilakukan sanitasi tanaman dan pengendalian gulma, kegiatan berikutnya adalah pemupukan. Jenis pupuk ada dua yaitu pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara saja, contohnya urea hanya mengandung hara nitrogen (N). Sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara, misalnya NPK, Nitrophoska, dan Rustika. Adapun jenis pupuk yang digunakan antara lain Urea, SP-18, dan KCl dengan dosis masing-masing 500 gram, 500 gram dan 500 gram per tanaman. Pada urea kandungan utamanya adalah Nitrogen (N) sebanyak 46%, pada SP-18 adalah P2O5 sebanyak 18% dan pada KCl kandungan utamanya adalah K sebanyak 45% dan Cl 20%. Urea diberikan secara alur pada radius 0,5 meter dari tanaman pokok, kemudian ditutup agar pupuk tidak menguap. Dalam pemberian, pupuk urea tidak boleh dicampur dengan pupuk lain karena jika tidak langsung diaplikasikan maka pupuk akan menggumpal dan akan sulit diikat oleh tanah terutama sulit diserap oleh akar tanaman (http:id.shvoong.com).
Untuk aplikasi pupuk KCl dan SP-36 diberikan dengan cara dicampur terlebih dahulu kemudian disebar secara alur pada radius 1 meter dari tanaman pokok. Phylotaksi kelapa yang diamati adalah 2/5, yakni setiap dua kali putaran terdapat lima daun. Dalam kegiatan praktikum kali ini, 5 pekerja membutuhkan waktu 31 menit atau setara dengan 0,52 jam untuk menyelesaikan seluruh kegiatan tersebut. Sehingga HOK yang diperoleh adalah 0,36 yang berarti bahwa bagi satu orang pekerja membutuhkan waktu 1,44 jam kerja untuk menyelesaikannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Praktikum pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) kelapa yang dimulai dengan sanitasi tanaman atau pengendalian gulma hingga pemupukan membutuhkan waktu 0,52 jam dengan 5 pekerja, sehingga HOK yang didapat adalah 0,36. Pemeliharaan tanaman menghasilkan kelapa yang baik terutama pengendalian gulma dan pemupukan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Saran
Dalam melakukan praktikum pemeliharaan kelapa sebaiknya jangan mencangkul terlalu dalam ketika membersihkan gulma, karena akan melukai akar dari tanaman pokok tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Amarilis,S. 2009. Aspek Pengendalian Gulma di Perkebunan Sagu (Metroxylon spp.) PT. National Timber And Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang, Riau. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Adiwiganda, R. dan M. M. Siahaan. 1994. Tanah dan Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Kampus Meda. Medan. 68 hal.
Poeloengan, Z. M. L. Fadli, Winarna, S. Ruhutomo, dan E. S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit, hal 67-80.
Salman, F. dan H. Wibowo. 1992. Gulma pada Perkebunan Kelapa, p. 191-195. Dalam Lubis, Adlin U. et al (Eds.). Kelapa (Cocos nucifera, L.). Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. Sumatera Utara.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen, Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.
Suhardiono, L. 1993. Tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta
http://dinulislami.blogspot.com/2009/10/pemeliharaan-kebun-sawit.html [13 April 2011]
http://sawitkalbar.blogspot.com. 2008. Seluk beluk kelapa sawit [15 April 2011]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa [13 April 2011]
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2097961-kandungan-pupuk-tanaman-kelapa [15 April 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar