ekoLovers,,,,,,,,,,,, aku ada sedikit info ni,, tentang bagaimana cara kita dalam meembudidayakan tanaman, tetapi ada segelintir hama yang terus mengganggau tnaman budidaya kita,,,,,,,nahhh disini aku akan membahas khusus hama wereng coklat,,,,,,,,,, dan semoga bagi kalian yang membaca dapat pengetahuan baru tentang hama ini,,,,,,,,,,
sesungguhnya ilmu itu harus kita bagi kepada semua oraang, karena banyak pahala yang bakal kita dapt dari semua ini,,,,,
baiklahh cekidoooooooooootttt :)
mirip siapakahhh?? |
Pengendalian hama wereng cokelat dapat dilakukan dengan mengganti pola
bercocok tanam, memilih varietas tahan hama, pengendalian biologi, dan
penggunaan pestisida. Cara bercocok tanam yang dianjurkan adalah tanam
serentak dalam satu wilayah, pergiliran tanaman, penggunaan varietas
tahan dan sanitasi. Pada daerah yang kekurangan air dan bertanam padi
hanya dapat dilakukan satu kali yaitu pada musim hujan, maka pergiliran
tanaman dapat berjalan dengan sendirinya. Pada musim hujan sebaiknya
ditanam varietas tahan terhadap wereng coklat, seperti Mekongga, Inpari
1, Inpari 2, Inpari 3, dan Inpari 13. Selanjutnya pengaturan jarak
tanam, yaitu tanaman ditanam dalam barisan yang teratur dengan jarak
tanam sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat agar dapat yang
dianjurkan untuk memperlancar gerakan angin dan cahaya matahari masuk ke
dalam pertanaman. Hal ini dapat mengubah iklim mikro yang cocok untuk
menekan perkembangan wereng coklat (Nurbaeti et al. 2010).
Musuh
alami yang dapat mengendalikan hama wereng coklat adalah parasitoid,
predator dan pathogen. Parasitoid telur seperti Anagrus flaveolus
waterhouse, A. Optabilis Perkins, A. Perforator Perkins, Mymar
tabrobanicum, Polynema spp., Olygosita, spp., dan Gonatocerus spp.
Parasitoid ini dapat memparasitasi telur wereng coklat 45- 87%.
Parasitoid nimfa dan wereng dewasa seperti Elenchus, spp., dan
Haplogonatopus orientalis. Predator wereng coklat seperti Cytorrhinus
lividivennis, Microvelia douglasi, Ophionea indica, dan Paedorus
fuscipes, laba-laba Lycosa pseudoannulata (Wolf spider), Tetragnatha sp.
(four spider), Clubiona javonicola (sack spider), Araneus inustus (orb
spider), Calitrichia formosana, Oxyopes javanus, dan Argiope catenulata
(Nurbaeti et al. 2010).
Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana
akan menyebabkan permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami
yang mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping
berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder.
Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi kalau digunakan jenis
Insektisida yang lama (bahan aktif sama atau kelompok senyawa yang sama)
secara terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat (dosis
sublethal). Pada populasi serangga di alam terjadi keragaman genetik
antara individu - individunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu
jenis insektisida dan ada yang tidak tahan. Bila digunakan jenis
insektisida yang sama secara terus menerus maka individu yang ada dalam
populasi tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan. Apabila
serangga tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang
sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin
banyak demikian seterusnya (Soemarsono 1979).
Beberapa jenis
pestisida yang dapat digunakan pada saat ini diantaranya adalah yang
berbahan aktif: Fipronil, Tiamektosam, dan Imidakloprid. Penggaruh
penggunaan insektisida yang tidak tepat dan dilakukan secara terus
menerus dapat mengakibatkan resistensi, resurjensi dan kematian musuh
alami. Oleh karena itu sebelum dilakukan pengendalian insektisida, harus
dilakukan monitoring secara dini (Nurbaeti et al. 2010)
nahh itu dia hasil pembelajaran aku di kampus kemarin,, semoga bemanfaat ya temen temen,,doain aku bisa terkenal di gugel yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........ hehehe
assalamualiakuummmmmm..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar