selamat pagi ,, salam dari Sang Governor untuk elOvers semua,,,
pada kesempatan kali ini Sang Governor ingin berbagi tentang tumguhan yang bernama Jeriangau, dimana tanaman ini banyak di jadikan untuk obat,,,
nahh,,pada penasaran kan apa sih sebenarnya tanaman Jeriangau itu????????
simak baik baik ya sahabat Governor semua,,,,,
Lingkungan mempunyai peran dalam kehidupan manusia. Lingkungan berperan
besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun, kondisi
kesehatan masyarakat yang buruk, seperti timbulnya berbagai penyakit,
juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan memang tidak selalu menjadi
penyebab, melainkan sebagai penunjang, media transmisi maupun
memperberat penyakit yang telah ada. Keadaan lingkungan yang kurang
bersih merupakan tempat yang sangat baik untuk berkembangbiaknya
berbagai vektor penyakit, seperti serangga. Untuk menghindari dampak
negatif tersebut, maka perlu dikembangkan cara-cara dalam pengendalian
serangga yang aman dan efektif. Pengendalian serangga dengan pemanfaatan
tanaman yang mengandung zat pestisidik sebagai insektisida nabati,
diperkirakan mempunyai prospek dimasa yang akan datang (Kardinan, 2004).
Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah
dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Oleh karena terbuat
dari bahan alami, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di
alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia
serta ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Insektisida
nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila
diaplikasikan akan membunuh serangga pada waktu itu dan setelah serangga
terbunuh, maka residunya akan cepat terurai di alam (Kardinan, 2004).
Salah satu contoh insektisida nabati adalah tanaman jeringau (Acorus calamus L).
Rimpang jeringau mengandung minyak atsiri yang digunakan sebagai
insektisida untuk mengendalikan beberapa serangga pengganggu. Jeringau (Acorus calamus L) adalah
tanaman yang mengandung bahan kimia aktif pada bagian rimpang baik
dalam bentuk tepung ataupun minyak yang dikenal sebagai minyak atsiri.
Tumbuhan ini mudah tumbuh dan dikembangbiakkan serta tidak beracun bagi
manusia, karena secara tradisional banyak digunakan sebagai obat sakit
perut dan penyakit kulit (Rismunandar, 1988).
Deskripsi Jeringau (Acorus calamus L)
Jeringau termasuk dalam Famili Araceae
atau sekeluarga dengan tanaman keladi/talas-talasan. Jeringau merupakan
tanaman kecil yang tidak berkayu, mudah tumbuh, menyukai air, asal
tersedia cukup air, jeringau dapat berkembang biak. Jeringau merupakan
herba tahunan dengan tinggi sekitar 75 cm. Tumbuhan ini biasa hidup di
tempat yang lembap, seperti rawa dan air pada semua ketinggian tempat.
Batang basah, pendek, membentuk rimpang, dan berwarna putih kotor.
Daunnya tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 60 cm,
lebar sekitar 5 cm, dan tulang daun sejajar. Daun berwarna hijau,
berbentuk bongkol dengan ujung meruncing, panjang 20-25 cm. Pada ketiak
daun keluar tangkai sari dengan panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ±
0,5 mm, dan putik berukuran 1-1,5 mm. Akarnya kuat dengan rimpang
berwarna merah jambu dan bagian dalamnya berwarna putih. Jika
dikeringkan dan dicium akan mengeluarkan bau yang tajam (Atsiri
Indonesia, 2006). Perbanyakan dengan stek batang, rimpang, atau dengan
tunas-tunas yang muncul dari ruas-ruas rimpang. Jeringau mempunyai akar
berbentuk serabut. Dalam pertumbuhannya, rimpang jeringau membentuk
cabang ke kanan atau ke kiri. Banyaknya cabang ditentukan oleh kesuburan
tanah.
Rimpang jeringau dalam keadaan segar
kira-kira sebesar jari kelingking sampai sebesar ibu jari, dagingnya
berwarna putih tetapi jika dalam keadaan kering berwarna merah muda.
Bentuk rimpang berbentuk agak petak bulat beruas, dengan panjang ruas
1-3 cm, sebelah sisi akar batang agak menajam, sebelah lagi beralur
tempat keluar tunas cabang yang baru. Banyak dikelilingi akar serabutnya
yang panjang. Kebanyakan dari akar ini tumbuh pada bagian bawah akar
batangnya. Bila umur tanaman lebih dari 2 tahun, akarnya dapat mencapai
60-70 cm. Bau akar sangat menyengat (keras) seperti bau rempah atau
bumbu lainnya. Jika diletakkan di lidah rasanya tajam, pedas dan sedikit
pahit tetapi tidak panas. Jika rimpang dimemarkan akan keluar bau yang
lebih keras lagi karena rimpang jeringau mengandung minyak atsiri.
Klasifikasi Jeringau
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Warga : Acorus
Jenis : Acorus calamus LINN
Nama Inggris : Sweet flag, Sweet root, calamus
Nama Indonesia : Dringo, Jeringau
Nama daerah : Jeurunger (Aceh),
Jerango (Gayo), Jarango (Batak), Jarianggu (Minangkabau), Sarango
(Nias), Dringo (Sunda), Dlingo (Jawa Tengah), Jharango (Madura), Jangu
atau Kaliraga (Flores), Jeringo (Sasak), Kareango (Makasar), Kalamunga
(Minahasa), Areango (Bugis), Ai wahu (Ambon), Bila (Buru) (Atsiri
Indonesia, 2006).
Penyebaran dan Habitat Jeringau
Di Indonesia, jeringau didapati tumbuh
liar di hutan. Tanaman ini dapat ditemui di sepanjang musim menyukai
tempat yang lembap dan mudah dijumpai dikawasan yang berpayau seperti di
tepi danau, muara sungai, di rawa-rawa, di telaga-telaga atau pada
tempat-tempat yang berair/berlumpur, tanaman ini banyak tumbuh didaerah
sub tropis maupun daerah tropis yang panas dan lembap. Jeringau
merupakan tumbuhan berair, mempunyai rizoma yang berbau wangi. Rizomanya
berbentuk silinder dan diameternya antara 19 hingga 25 mm, kulit rizom
berwarna coklat muda dengan warna putih didalamnya. Bagian dalamnya
berbentuk seperti spon. Daunnya tebal dan keras berbentuk seperti
pedang. Apabila daunnya dikoyak akan dihasilkan bau wangi. Jeringau
menghasilkan bunga berwarna kuning kecil yang keluar dari ketiak
daunnya. Tumbuhan ini jarang mengeluarkan biji benih dan pembiakan
utamanya melalui pecahan rizom (Atsiri Indonesia, 2006).
Bagian Tumbuhan Yang Digunakan
Rimpang jeringau
mengandung minyak yang bernilai serba guna seperti campuran dalam
industri makanan dan minuman, bahan penyedap, pewangi, deterjen, sabun,
dan krem kecantikan. Jeringau yang dapat dimanfaatkan sebagai
insektisida hayati adalah pada akarnya (rimpang), karena mengandung
minyak atsiri. Rimpang jeringau dapat digunakan dalam 2 bentuk, yaitu
berbentuk tepung dan minyak. Untuk membuat tepung, rimpang jeringau
diiris-iris, dikeringkan, lalu ditumbuk. Sedangkan cara pengolahan
rimpang jeringau menjadi minyak atsiri adalah melalui penyulingan dengan
metode Destilasi (Kardinan, 2004).
Kandungan Aktif Jeringau
Kandungan bahan kimia terpenting dalam
rimpang jeringau adalah minyak atsiri. Kandungan minyak atsirinya
mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron (alfa dan beta asaron),
kalameon, kalamediol, isokalamendiol, preisokalmendiol, akorenin,
akonin, akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin,
episiobunin, resin dan amilum (Arsiri Indonesia, 2006). Tinggi rendahnya
kualitas minyak atsiri tergantung pada daerah asal jeringau itu
sendiri. Komposisi minyak rimpang jeringau terdiri dari asarone (82%),
kolamenol (5%), kolamen (4%), kolameone (1%), metil eugenol (1%), dan
eugenol (0,3%) (Kardinan, 2004). Rimpang dan daun jeringau mengandung
saponin dan flavonoida, disamping rimpangnya mengandung minyak atsiri
sebagai pengusir serangga (Anonimous, 2000). Formula rimpang Jeringau
sebagai insektisida dapat dibuat secara sederhana maupun secara
laboratorium.
Manfaat Jeringau
Secara tradisional tanaman jeringau
banyak digunakan sebagai obat sakit perut dan penyakit kulit
(Rismunandar, 1988). Ada juga kebiasaan yang berkembang di masyarakat
yaitu pada ibu yang mempunyai bayi, disediakan sejenis bungkusan kecil
yang berisi jeringau dan rempah ini dipercaya dapat menghindarkan bayi
dari mahkluk halus dan binatang-binatang (Naria, 2005). Rimpang jeringau
berkhasiat sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik yang
bermanfaat untuk obat penenang, lambung, penenang pencernaan, obat
limpa, menghilangkan sakit, menambah nafsu makan, tonik, meredakan
radang, melegakan hidung tersumbat, menjernihkan suara, dan bahan
antiseptik. Contohnya penyakit yang dapat diobati dengan jeringau antara
lain adalah bengkak, kudis, kurap, limpa bengkak, cacar sapi, mimisan,
demam dan lainnya. Bahkan ada penderita stroke ringan yang sembuh dengan
mandi air hangat yang dicampur dengan beberapa rimpang jeringau. Selain
itu jeringau juga digunakan sebagai ramuan untuk wanita selepas
bersalin. (Atsiri Indonesia, 2006). Di India, tepung rimpang jeringau
digunakan sebagai obat cacing dan jamu-jamuan. Didalam obat-obatan timur
asli, rimpang jeringau banyak dipakai untuk dyspepsia (obat anak-anak yang mengalami diare), bronchitis dan lozenge (obat kunyah untuk sakit tenggorokan). Air rebusan rimpang jeringau disebut teh jeringau (calamus),
baik sekali dipakai untuk obat menguatkan badan dan menghangatkan
perut. Jeringau dapat pula membangkitkan nafsu makan serta mendorong dan
membuang kotoran-kotoran dalam perut. Teh jeringau ini pun sangat
manjur untuk mengobati reumatik, demam, penyakit kuning, sakit
empedu, memperlancar haid bagi wanita, dan lain-lain (Indo, M., 1972).
Dalam dosis rendah jeringau dapat memberikan efek relaksasi pada otot
dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap sistem saraf pusat
karena senyawa asaron memiliki struktur kimia mirip senyawa golongan
amfetamin dan ekstasi. Namun, jika digunakan dalam dosis yang tinggi dan
dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan aktivitas mental
(psikoaktif) bahkan potensial sebagai karsinogen jika antibodi yang ada
di dalam tubuh tidak bisa mengeliminasi efek karsinogen jeringau
(Agusta, 2008). Di beberapa Negara tanaman jeringau telah dikembangkan
secara luas sebagai tanaman perdagangan, industri, maupun obat-obatan,
bahkan sampai di ekspor. Minyak yang dihasilkan dari bahan baku rimpang
jeringau melalui proses penyulingan disebut Calamus Oil.
Minyak jeringau dibutuhkan untuk industri makanan sebagai penambah cita
rasa, industri minuman sebagai campuran bir, limun, anggur, dan
lain-lain, karena baunya jeringau yang lembut, warnanya yang kuning dan
aromanya yang mendekati bau nilam, serta pada bahan industri pasta gigi
sebagai dental cream.
Hama Yang Dikendalikan
Rimpang jeringau dapat digunakan untuk
mengendalikan beberapa serangga pengganggu disekitar kita. Rimpang yang
ditumbuk halus (bentuk tepung) dapat digunakan untuk mengendalikan rayap
dan membunuh kutu, dapat juga digunakan untuk memusnahkan anai-anai,
dengan cara menaburkan tepung jeringau di sekeliling kayu yang diserang
oleh anai-anai (Indo, M., 1972). Serangga lain yang dapat dikendalikan
adalah nyamuk, ngengat dan kecoa (Naria, 2005). Tumbuhan ini, terutama
bagian rimpangnya mengandung minyak yang dapat digunakan sebagai bahan
insektisida yang bekerja sebagai repellent (penolak serangga), antifeedant (penurun nafsu makan), dan antifertilitas/chemosterilant (pemandul).
Tepung rimpang jeringau dapat digunakan untuk melindungi hasil panen
yang disimpan di gudang, yaitu dengan mencampurkannya pada biji-bijian
dengan konsentrasi 1-2 % atau 1-2 kg tepung jeringau dicampur dengan 100
kg biji-bijian. Tepung rimpang jeringau dengan konsentrasi 3-5%
berpengaruh terhadap mortalitas serangga sitophilus sp. Rimpang
jeringau sering digunakan sebagai insektisida nabati di berbagai
negara. Sebagai contoh, di Tiongkok dan India rimpang jeringau ini
dimanfaatkan untuk membasmi beberapa jenis kutu, di Malaysia
dimanfaatkan untuk membasmi rayap, dan di Filipina untuk mengusir walang
sengit (Kardinan, 2004). Berdasarkan cara kerja minyak dari rimpang
jeringau sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan serangga dapat
dinyatakan sebagai racun kontak, dan racun pernafasan. Sebagai racun
kontak, apabila minyak jeringau yang disemprotkan dapat langsung
mengenai bagian tubuh serangga sasaran yang menyebabkan serangga
tersebut jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh serangga
mengering karena dehidrasi. Dinyatakan sebagai racun kontak apabila
insektisida dapat masuk kedalam tubuh serangga sasaran lewat
kulit/bersinggungan langsung (Djojosumarto, 2000). Sebagai racun
pernafasan, apabila serangga menghirup minyak rimpang jeringau yang
menyebabkan serangga tersebut tergelepar hingga akhirnya mengalami
kematian. Racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. Kebanyakan
racun pernafasan berupa gas (Djojosumarto, 2000). Pengaplikasian minyak
rimpang jeringau berbentuk cair yang dapat berubah dan menimbulkan gas.
Hal ini dapat diketahui dari baunya yang sangat menyengat (Onasis,
2001). Untuk mendapatkan minyak dari rimpang jeringau dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
- Siapkan 10 kg rimpang jeringau yang telah disortir dan dirajang halus.
- Lakukan pengeringan dengan tidak langsung berada dibawah sinar matahari sampai kadar airnya 10-25 %.
- Lakukan penyulingan dengan alat suling yang menggunakan metode destilasi.
- Pisahkan minyak rimpang jeringau dari air.
- Minyak dari rimpang jeringau siap untuk digunakan.
Dengan mengetahui informasi diatas,
diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai berbagai kandungan kimia
dan manfaat dari tanaman jeringau. Karena budidayanya yang mudah,
tanaman jeringau ini dapat dikembangkan, mengingat manfaat dari tanaman
ini yang begitu besar, baik sebagai tanaman herba untuk pengobatan
manusia, maupun sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.
Referensi
Agusta, Andria. 2008. Awas, Bahaya Tanaman Obat. http//Anekaplanta.Wordpress.com Diakses tanggal 15 Juli 2013.
Atsiri Indonesia. 2006. http://atsiriindonesia.com//tanaman php/id&//detail_new1/desk_news=deskripsibalittro http://atsiri-indonesia.com/index.php?page=tanaman-atsiri&o=9. Diakses tanggal 9 Juli 2013.
Djojosumarto, Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Indo, M. 1972. Tanaman Djeringau (Acorus calamus LINN), Bhratara, Jakarta.
Kardinan, Agus, 2004. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Naria, Evi, 2005. Insektisida Nabati Untuk Rumah Tangga. Info Kesehatan Masyarakat Vol. IX No. 1. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Onasis, Aidil, 2001. Pemanfaatan Minyak Jeringau (Acorus Calamus L) Untuk Membunuh Kecoak (Periplaneta Americana). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rismunandar, 1988. Rempah-Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung.
(Sumber: http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpambon/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar