selamat siang eloverS............udah pada makan belum????
jangan lupa baca info info menarik dari dunia petani yaa>>>
semoga nantinya semua para petani di indonesia sejahtera,,,,,aminnnnnn
kali ini aku akan membahas tentang hama keong mas,,,semoga informasi ini sedikit banyak nya bisa bermanfaat bagi elovers semua,,,,,,,,,,, okeee
salam dari sang governor.........
Hama keong mas adalah salah satu hama yang meng akibatkan tingginya risiko gagal panen pada tanaman padi. Hama ini, sebagian orang menyebutnya dengan keong murbei, memakan batang dan daun padi berumur 15 hari. Serangan hama ini cukup membuat pusing para petani akibat populasinya di areal pertanaman sedemikian cepat perkembangbiakannya.
keong mas |
Tanaman padi yang terserang bisa habis dari pucuk daun hingga ke batang muda padi. Akibatnya tanaman menjadi merana bahkan mengalami gagal panen. Di Krayan, tidak jarang petani harus menyulam tanamannya 2 – 3 kali akibat dari serangan hama ini. Perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 7 – 4 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60 – 80 hari), dan masing – masing kelompok telur berisi 300 – 500 butir. Seekor keong mas dewasa mampu menghasilkan 1000 – 1200 telur per bulan. Padi yang baru ditanam sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak siput murbai, untuk padi tanam benih langsung (tabela) ketika 4 sampai 30 hari setelah tebar. Siput murbai melahap pangkal bibit padi muda. Siput murbai bahkan dapat mengkonsumsi seluruh tanaman muda dalam satu malam. Tanda spesifik lain pada pertanaman padi yang terserang hama ini adalah adanya rumpun yang hilang serta adanya potongan daun yang mengambang dipermukaan air
Agen pengendalian biologi alami, yang relatif mampu untuk mengendalikan populasi hama ini adalah : Semut merah memakan telur, bebek memakan daging dan siput muda, orang memakan dagingnya jika telah dimasak dengan benar, tikus sawah memakan rumah siput dan dagingnya. Pengendalian dengan moluskasida bersifat sementara, karena hanya mengatasi hama yang menempel di tanaman. Sedangkan keong mas di bawah permukaan air langsung menyusup ke dalam tanah. Keong mas mampu bertahan selama kurang lebih 2 tahun di dalam tanah dan oleh karenanya hama ini relatif sulit untuk diatasi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Sri Purbowati dari Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang menggunakan formulasi tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli). Gerusan 10 g patah tulang yang dilarutkan dalam satu liter air. Ekstrak disebar ke lahan seluas 20 m x 20 m saat pengolahan tanah. Hasilnya, keong mas yang tersembunyi di dalam tanah pun mati.
Dari segi kultur teknis, maka beberapa hal perlu diperhatikan sebelum dilakukan teknis penanaman:
Saat pengolahan tanah : Sebelum menggaru terakhir, ambil siput murbai dari sawah pagi dan sore hari ketika mereka aktif dan mudah diambil; Gunakan tumbuhan yang mengandung racun bagi siput murbai. Misalnya kulit batang gugo [Entada phaseikaudes], daun tumban kamisa, daun sembung [Blumea balsamifera], daun tuba, daun eceng [Monochoria vaginalis], daun tembakau [Nicotiana tabacum L], daun calamansi atau jeruk [Citrus microcarpa], akar tubli, daun batrawali makabuhay [Tinospora rumphii], dan cabe merah; tanaman lain yang dilaporkan yaitu daun starflower (Calotropis gigantis), daun nimba [Azadirachta indica], dan asyang [Mikania cordata] mengandung bahan yang dapat membunuh siput murbai. Tumbuhan tersebut dianjurkan diaplikasikan sebelum tanam padi. Buatkan saluran kecil supaya siput murbai berada didalam saluran tersebut dan tempatkan diatas saluran tersebut tumbuhan yang disebut diatas. Menggunakan aktraktan seperti daun talas [Colocasia esculenta], daun pisang [Musa paradisiacaL.], daun papaya [Carica papaya], bunga terompet, dan koran bekas, supaya mudah mengumpulkan siput murbai; Selama menggaru terakhir buat larikan yang dalam (lebar 25 cm dan 5 cm dalamnya) di sawah dengan cara menarik karung yang berat. Jarak diantara larikan 10 – 15 m. Demikian juga, buat saluran kecil (sedikitnya lebar 25 cm dan 5 cm dalamnya) sepanjang tepi sawah; Jebak siput murbai dengan saluran kecil, dimana siput murbai akan pindah kedalam saluran jika permukaan air berkurang, dan lakukan pengumpulan; Letakkan kawat kasa atau anyaman bambu pada pemasukan dan pengeluaran air utama, untuk mencegah masuknya siput murbai kecil dan dewasa masuk. Cara ini juga dipakai untuk mengambil siput murbai yang terperangkap.
Pada saat dilakukan penanaman : Banyak benih dan jarak tanam mengikuti yang dianjurkan agar batang tanaman kuat. Jika siput murbai merupakan masalah yang besar, tanam bibit padi yang berumur 25 – 30 hari setelah tanam dari varietas yang genjah. Di persawahan Cordillera yang berada di dataran tinggi, seperti di Krayan, digunakan bibit yang berumur 30 sampai 35 hari setelah tebar dari varietas yang berumur dalam (panjang); Tancapkan ajir bambu di sawah yang selalu tergenang atau pada saluran pengairan untuk menarik siput murbai dewasa bertelur. Dengan cara ini merupakan cara mengumpulkan kelompok telur yang mudah sehingga mudah dihancurkan; Pertahankan agar air tidak terlalu tinggi (2 – 3 cm dalamnya) mulai 3 hari setelah tanam; Keringkan sawah untuk mengurangi aktifitas perpindahan dan perusakan; Kumpulkan siput murbai, masak dan dapat dimakan atau tumbuk dan berikan pada itik atau babi. Pengumpulan siput murbai akan mudah jika memakai atraktan seperti daun talas, daun pepaya dan bunga terompet; Gunakan varietas yang beranak banyak dan kurang disukai keong mas seperti PSB, Rc36, Rc38, Rc40 and Rc 68.
Teknik pengendalian yang dilakukan pada saat setelah panen yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggembalakan itik ke sawah segera setelah panen sampai masa menggaru pada musim tanam berikutnya. Gembalakan pada padi 30 – 35 hari setelah tanam (HST) untuk varietas yang berumur pendek dan 40 sampai 45 HST untuk varietas yang berumur panjang. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menanam varietas padi yang kurang disukai siput murbai ialah PSB Rc36, Rc38, Rc40, dan Rc68; Aplikasi pupuk dasar lengkap yaitu urea dicampurkan dengan tanah bersamaan dengan menggaru terakhir dapat mengurangi populasi siput murbai sebanyak 54%; Moluskisida komersial (niklosamida dan metaldehida) efektif terhadap siput murbai jika langsung terkena. Efikasinya sampai 2 – 3 hari. Moluskisida tidak dapat lagi membunuh siput murbai yang baru muncul dari tanah atau yang baru masuk ke lapangan yang telah diaplikasi. Niclosamide 250 EC pada setengah dosis yang dianjurkan (0,5 l/ha) dapat membunuh 80% populasi siput murbai. Aplikasi niklosamida menyebabkan terbunuhnya siput murbai lokal dibandingkan dengan aplikasi metildehida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar