Baru aja kemarin aku sama temen-temen nonton film
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang based on novel legendaris karya Buya
Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ngomong2 tentang Buya Hamka,
sebagai orang 'setengah' minang aku yang tadinya cuma tau dikit doang tentang
Buya Hamka jadi tau banyak setelah googling semua tentang Buya Hamka dan
karya2nya. Buya Hamka adalah seorang sastrawan, ulama, dan politikus asal
Minangkabau, Sumatera Barat. Dulu sih seingetku waktu SMP kita pernah disuruh
baca Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sama guru Bahasa Indonesia. Tapi
aku lupa dan belum sempet baca sampe sekarang huhuhu L Padahal Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah bacaan wajib para siswa sekolah. Oh ya,
novel karya Buya Hamka Di Bawah Lindungan Kabah juga udah pernah di filmin lohh
dan pemerannya Junot jugaa. Kayaknya doi salah satu spesialis film kolosal
yaahh :)
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berkisah tentang
kisah cinta antara Zainuddin dan Hayati yang harus terpisah karena persoalan
adat. Jadi si Zainuddin ini adalah orang campuran Bugis dan Minang. Dimana
Ayahnya adalah orang Minang, sementara ibunya adalah orang Bugis. Naahh orang
padang itu kan sistem pertalian darahnya berdasarkan ibu (Matriakat). Jadi yang
ibunya bukan orang padang meskipun ayahnya orang padang tetep ngga diakui
sebagai orang padang. Sementara Bugis itu sistem pertalian darahnya berdasarkan
ayah (Patriakat), jadi di Makassar si Zainuddin itu ga diakui sebagai orang Bugis
karena ayahnya Minang meskipun ibunya Bugis. Kasihan ya Zainuddin :(
dia curhat tentang semua ini kepada Hayati yang simpatik padanya. Sementara si Hayati ini adalah orang Minang murni. Dia adalah bunga desa kebanggaan keluarga. Keturunan bangsawan dan pamannya adalah seorang Datuak (Pemuka Adat) disana. Karena hal inilah keluarga Hayati nggak setuju kalo Zainuddin menikahi Hayati. Keluarganya lebih setuju Hayati nikah sama Aziz, kakak laki-laki Khadijah sahabat Hayati yang kaya, terpandang dan yang terpenting orang Minang murni.
dia curhat tentang semua ini kepada Hayati yang simpatik padanya. Sementara si Hayati ini adalah orang Minang murni. Dia adalah bunga desa kebanggaan keluarga. Keturunan bangsawan dan pamannya adalah seorang Datuak (Pemuka Adat) disana. Karena hal inilah keluarga Hayati nggak setuju kalo Zainuddin menikahi Hayati. Keluarganya lebih setuju Hayati nikah sama Aziz, kakak laki-laki Khadijah sahabat Hayati yang kaya, terpandang dan yang terpenting orang Minang murni.
Sampe disini aku jadi inget banyak temen2ku cewek
yang pacarnya atau orang yang dia suka ternyata orang Padang nanya ke aku
tentang cowok Padang atau sistem nikah kalo di Padang.
"Sarah, emang kalo nikah sama cowok orang
Padang, ceweknya yang harus beli cowoknya ya?"
"Sarah, mama ku ga setuju kalo aku nikah
sama cowok Padang, katanya cowok padang bla bla bla bla... emang bener?"
"Sarah, emang cowok Padang mesti nikah sama
orang Padang juga ya?"
"Sarah, emang kalo di Padang yang dapet
warisan itu nanti ceweknya ya bukan Cowoknya?"
dan masih banyak pertanyaan lainnya..
Hmmmm kalo diliat sebenernya aku bukan orang
Padang murni sihh dan ga terlalu ambil pusing juga dengan sistem2 itu. Abiku
orang Jawa tulen yang menganut sistem Patriakat atau ke-bapak-an yang kental
banget. Sementara Umiku orang Padang yang juga menganut sistem Matriakat atau
ke-ibu-an yang kental.
Jadi sebenernya aku ini bingung lhooo kalo
ditanya orang apa hahaha :D
Soalnya dibilang orang Jawa iyaa, dibilang orang
Padang juga iyaa :D
Kembali ke pertanyaan temen2ku. Setelah dapet
pertanyaan itu, mau ngga mau akhirnya aku nanya juga sama umiku dan nenekku.
hehe
Kata umiku intinya meskipun sebagai orang padang
kita juga harus tetap memegang teguh syariat Islam dan ketentuan-ketentuannya.
Adat dan tradisi yang bertentangan dengan syariat Islam tidak boleh kita ikuti.
Itu juga yang menjadi pesan Buya Hamka dalam novel-novelnya. Buya Hamka banyak
mengkritik tradisi2 Minang yang bertentangan.
Sampe disini aku manggut-manggut aja dan mengerti
artinya. Mau nikah sama orang manapun, suku apapun toh kedudukan kita akan
selalu sama dimata Allah SWT. Hanya amal ibadah kita aja kan yang akan
membedakannya dan kalo udah jodoh mau dari suku apapun tetep aja jodoh :)
Kembali lagi ke cerita Film Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck, setelah lamarannya ditolak oleh keluarga Hayati karena adanya
perbedaan adat dan tradisi itu, akhirnya Zainuddin disuruh pergi meninggalkan
Batipuh, tanah kelahiran ayahnya, untuk pergi ke Padang Panjang menuntut ilmu.
Tapi sebelum Zainuddin pergi, Hayati mengucapkan sumpah untuk setia selamanya
menunggu Zainuddin.
selama nafasku berhembus hanya kamu di
doaku
selama mataku memandang hanya kamu cinta
matiku
dengarlah dunia rintihan hatiku yang
terbalut dalam doaku
dengarlah sumpahku, dengarlah dunia...
sumpah mati aku hanya untukmu..
cinta 'kan selalu abadi walau takdir tak
pasti
kau selalu dihati cinta matiku.... (Nidji,
sumpah dan cinta matiku)
Sumpah itulah yang selalu diingat Zainuddin sampai akhirnya Zainuddin tau Hayati menikah dengan Aziz. Hancurlah hati Zainuddin. Dia patah hati dan kecewa sedalam-dalamnya. Tapi kemudian dia bangkit dan merantau ke tanah Jawa bersama sahabatnya Muluk untuk mencari kehidupan yang lebih baik. (Disini aku simpatik banget sama tokoh Zainuddin, karena ditengah keterpurukannya karena cinta, dimana cintanya pada Hayati itu adalah satu-satunya semangat dia, tapi Zainuddin masih bisa tetap bangkit dan berusaha melanjutkan hidup).
Di Jawa, Zainuddin menjadi penulis terkenal dan
kaya raya. Pada saat yang sama juga, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama
Hayati karena alasan pekerjaan, dan mereka bertemu dalam sebuah opera. Kemudian
rumah tangga Aziz dan hayati akhirnya menjadi berantakan setelah Aziz dipecat
dan rumah mereka disita karena Aziz banyak hutang. Akhirnya mereka menumpang ke
rumah Zainuddin.
(Menurutku cerita di part ini adalah yang
paling mengharukan diantara semuanya. Dimana ketika Zainuddin bertemu Hayati
dan Aziz setelah sekian lama, setelah Zainuddin bersusah payah bangun dan
bangkit dari keterpurukan patah hatinya, setelah dia berhasil menjadi sukses.
Dia dipertemukan lagi dengan Hayati kekasih hatinya yang telah menghianati dan
meninggalkannya-meskipun dalam hati Hayati cintanya tetap untuk Zainuddin tapi
tetep aja dia udah jadi istri orang. Dan Zainuddin dengan segala kebaikan
hatinya menawarkan bantuan untuk tinggal dirumahnya dan pasti sakit banget
ngeliat orang yang dia cinta hadir kembali dihidupnya tapi bersama orang lain.
Bagian ini tu sedih bangeet :'( ditambah lagi backsound film ini lagunya Nidji
judulnya Nelangsa itu pas bangeeet huhu)
yang telah hilang datang lagi kehidupku
saat jauh dekat, semuanya sama, ku selalu mencintaimu
saat jauh dekat kau selalu dalam hatiku
tak ada yang berubah walau bulan mentari hilang
ku tetap mencintaimu...
saat jauh dekat, semuanya sama, ku selalu mencintaimu
saat jauh dekat kau selalu dalam hatiku
tak ada yang berubah walau bulan mentari hilang
ku tetap mencintaimu...
Tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk
surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun, Zainuddin tidak
memaafkan kesalahan Hayati karena melanggar sumpahnya, meskipun dalam hati
Zainuddin masih sangat mencintai Hayati.
Hayati akhirnya disuruh pulang ke Batipuh dengan
menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang
dinaiki Hayati tenggelam, dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia
langsung menuju sebuah rumah sakit. Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang
menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih
mencintainya.
Well, film ini emang ga sempurna, visualisasinya
nggak semuanya sesuai dengan imajinasi pembaca tapi kita bisa liat pesan yang
disampaikan lewat film ini dan harus mengapresiasinya :) satu lagi yang keren
dari film ini, yaitu soundtrack filmnya by Nidji :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar